KANDAS
Oleh : Rina Mahfuzah
pada ranting pohon
rerumputan tidak lagi basah oleh air hujan
hutan tempat kita bercengkerama
pun tak lagi menyimpan segala keteduhan
ke mana hilangnya semburat kebahagiaan
pada wajah bulan?
dan kenapa kita mesti sibuk
menghitung kelalaian kita sendiri?
mungkin sudah tidak ada kemanisan
lagi yang tersisa buat kita
sayangnya kita terlalu lama menyadari
JANJI MATAHARI
Oleh : Rina Mahfuzah
Kalau sehari saja dalam tiga ratus enam puluh
matahari tidak memenuhi janji pada bumi
mana mungkin malam akan berganti pagi?
bagaimana alam akan menjawab pertanyaan warga bumi?
Kalau saja kau dapat seperti matahari
yang selalu setia memegang janji
mana mungkin cinta ini bisa berubah jadi benci?
AKU INGIN MENULIS LAGI
Oleh : Rina Mahfuzah Nst
Aku masih duduk diam di sini
di antara kertas-kertas yang bergolek gelisah
dan pena yang membisu
menanti aku cepat bertindak
mungkin mereka telah menunggu sejak lama
kepastian akan nasib mereka selanjutnya
Kertas-kertas dan pena ini
mungkin telah menyusun rencana untuk berdemonstrasi
karena hati nurani mereka sudah tidak didengar lagi
Kini aku tak lagi hanya diam di sini
ingin kupecahkan segala kebekuan ini
aku ingin berdamai dan kompromi
maka mendekatlah aku pada mereka
Kami pun berdialog
setelah melalui negosiasi yang alot
akhirnya terciptalah puisi ini
SALAM PERPISAHAN SEORANG SEKRETARIS PADA DIREKTURNYA
Oleh : Rina Mahfuzah Nst
Pak, jangan marah padaku
bila hari ini jadi hari terakhir untukku
menempati meja pertama sebelah kiri
di lantai dua gedung kantor ini
tempat aku merajut hari-hari penuh warna
bersamamu dan yang lainnya
Terima kasih adalah ungkapan yang belum cukup
untuk segala yang telah kudapatkan
simpanlah kenangan kita pada
catatan rapat, keyboard komputer, mesin tik elektronik,
PABX Telephone, Facsimile, File Proyek, dialog pagi,
alunan suara Ebiet G. Ade, argumentasi dan negosiasi
Namun ada satu hal yang tidak akan pernah
kulupa tentangmu, Pak
beratus rambut putih yang memenuhi kepalamu
yang sering kucuri pandang bila kau sedang marah
ORANG KETIGA
Oleh : Rina Mahfuzah Nst
lalu kita membahasnya berdua
bukan jalan keluar yang tercipta setelahnya
malah pertengkaran yang melanda kita
kau tuding akulah penyebabnya
aku pun bilang kaulah yang bersalah
bibit kebencian makin meraja di hati kita
kita mati-matian mencari kebenaran di mana-mana
sementara orang ketiga dan selebihnya
bertepuk tangan di belakang kita
KERTAS KOSONG
Oleh : Rina Mahfuzah Nst
Bila aku diam, bukan berarti marah
atau sedang malas bicara
bila aku pergi, bukan karena ingin menjauh
aku ingin menuliskan sesuatu tentangmu
di selembar kertas kosong ini
tapi hatiku masih saja diliputi rasa sakit dan benci
aku ingin kau tahu semua isi hatiku
lewat apa yang kutulis
tapi aku tak tahu harus memulai dari mana
pikiranku buntu dan hatiku kosong
aku tak tahu kenapa
KANDAS
Oleh : Rina Mahfuzah
pada ranting pohon
rerumputan tidak lagi basah oleh air hujan
hutan tempat kita bercengkerama
pun tak lagi menyimpan segala keteduhan
ke mana hilangnya semburat kebahagiaan
pada wajah bulan?
dan kenapa kita mesti sibuk
menghitung kelalaian kita sendiri?
mungkin sudah tidak ada kemanisan
lagi yang tersisa buat kita
sayangnya kita terlalu lama menyadari
JANJI MATAHARI
Oleh : Rina Mahfuzah
Kalau sehari saja dalam tiga ratus enam puluh
matahari tidak memenuhi janji pada bumi
mana mungkin malam akan berganti pagi?
bagaimana alam akan menjawab pertanyaan warga bumi?
Kalau saja kau dapat seperti matahari
yang selalu setia memegang janji
mana mungkin cinta ini bisa berubah jadi benci?
AKU INGIN MENULIS LAGI
Oleh : Rina Mahfuzah Nst
Aku masih duduk diam di sini
di antara kertas-kertas yang bergolek gelisah
dan pena yang membisu
menanti aku cepat bertindak
mungkin mereka telah menunggu sejak lama
kepastian akan nasib mereka selanjutnya
Kertas-kertas dan pena ini
mungkin telah menyusun rencana untuk berdemonstrasi
karena hati nurani mereka sudah tidak didengar lagi
Kini aku tak lagi hanya diam di sini
ingin kupecahkan segala kebekuan ini
aku ingin berdamai dan kompromi
maka mendekatlah aku pada mereka
Kami pun berdialog
setelah melalui negosiasi yang alot
akhirnya terciptalah puisi ini
SALAM PERPISAHAN SEORANG SEKRETARIS PADA DIREKTURNYA
Oleh : Rina Mahfuzah Nst
Pak, jangan marah padaku
bila hari ini jadi hari terakhir untukku
menempati meja pertama sebelah kiri
di lantai dua gedung kantor ini
tempat aku merajut hari-hari penuh warna
bersamamu dan yang lainnya
Terima kasih adalah ungkapan yang belum cukup
untuk segala yang telah kudapatkan
simpanlah kenangan kita pada
catatan rapat, keyboard komputer, mesin tik elektronik,
PABX Telephone, Facsimile, File Proyek, dialog pagi,
alunan suara Ebiet G. Ade, argumentasi dan negosiasi
Namun ada satu hal yang tidak akan pernah
kulupa tentangmu, Pak
beratus rambut putih yang memenuhi kepalamu
yang sering kucuri pandang bila kau sedang marah
ORANG KETIGA
Oleh : Rina Mahfuzah Nst
lalu kita membahasnya berdua
bukan jalan keluar yang tercipta setelahnya
malah pertengkaran yang melanda kita
kau tuding akulah penyebabnya
aku pun bilang kaulah yang bersalah
bibit kebencian makin meraja di hati kita
kita mati-matian mencari kebenaran di mana-mana
sementara orang ketiga dan selebihnya
bertepuk tangan di belakang kita
KERTAS KOSONG
Oleh : Rina Mahfuzah Nst
Bila aku diam, bukan berarti marah
atau sedang malas bicara
bila aku pergi, bukan karena ingin menjauh
aku ingin menuliskan sesuatu tentangmu
di selembar kertas kosong ini
tapi hatiku masih saja diliputi rasa sakit dan benci
aku ingin kau tahu semua isi hatiku
lewat apa yang kutulis
tapi aku tak tahu harus memulai dari mana
pikiranku buntu dan hatiku kosong
aku tak tahu kenapa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar