Rabu, 24 Juni 2009

Puisi-puisi

KANDAS

Oleh : Rina Mahfuzah

Daun-daun tidak lagi menggelayut manja

pada ranting pohon

rerumputan tidak lagi basah oleh air hujan

hutan tempat kita bercengkerama

pun tak lagi menyimpan segala keteduhan

ke mana hilangnya semburat kebahagiaan

pada wajah bulan?

dan kenapa kita mesti sibuk

menghitung kelalaian kita sendiri?

mungkin sudah tidak ada kemanisan

lagi yang tersisa buat kita

sayangnya kita terlalu lama menyadari

JANJI MATAHARI

Oleh : Rina Mahfuzah

Kalau sehari saja dalam tiga ratus enam puluh lima hari

matahari tidak memenuhi janji pada bumi

mana mungkin malam akan berganti pagi?

bagaimana alam akan menjawab pertanyaan warga bumi?

Kalau saja kau dapat seperti matahari

yang selalu setia memegang janji

mana mungkin cinta ini bisa berubah jadi benci?

AKU INGIN MENULIS LAGI

Oleh : Rina Mahfuzah Nst

Aku masih duduk diam di sini

di antara kertas-kertas yang bergolek gelisah

dan pena yang membisu

menanti aku cepat bertindak

mungkin mereka telah menunggu sejak lama

kepastian akan nasib mereka selanjutnya

Kertas-kertas dan pena ini

mungkin telah menyusun rencana untuk berdemonstrasi

karena hati nurani mereka sudah tidak didengar lagi

Kini aku tak lagi hanya diam di sini

ingin kupecahkan segala kebekuan ini

aku ingin berdamai dan kompromi

maka mendekatlah aku pada mereka

Kami pun berdialog

setelah melalui negosiasi yang alot

akhirnya terciptalah puisi ini

SALAM PERPISAHAN SEORANG SEKRETARIS PADA DIREKTURNYA

Oleh : Rina Mahfuzah Nst

Pak, jangan marah padaku

bila hari ini jadi hari terakhir untukku

menempati meja pertama sebelah kiri

di lantai dua gedung kantor ini

tempat aku merajut hari-hari penuh warna

bersamamu dan yang lainnya

Terima kasih adalah ungkapan yang belum cukup

untuk segala yang telah kudapatkan

simpanlah kenangan kita pada

catatan rapat, keyboard komputer, mesin tik elektronik,

PABX Telephone, Facsimile, File Proyek, dialog pagi,

alunan suara Ebiet G. Ade, argumentasi dan negosiasi

Namun ada satu hal yang tidak akan pernah

kulupa tentangmu, Pak

beratus rambut putih yang memenuhi kepalamu

yang sering kucuri pandang bila kau sedang marah

ORANG KETIGA

Oleh : Rina Mahfuzah Nst

Ada yang tak jelas di antara kita

lalu kita membahasnya berdua

bukan jalan keluar yang tercipta setelahnya

malah pertengkaran yang melanda kita

kau tuding akulah penyebabnya

aku pun bilang kaulah yang bersalah

bibit kebencian makin meraja di hati kita

kita mati-matian mencari kebenaran di mana-mana

sementara orang ketiga dan selebihnya

bertepuk tangan di belakang kita

KERTAS KOSONG

Oleh : Rina Mahfuzah Nst

Bila aku diam, bukan berarti marah

atau sedang malas bicara

bila aku pergi, bukan karena ingin menjauh

aku ingin menuliskan sesuatu tentangmu

di selembar kertas kosong ini

tapi hatiku masih saja diliputi rasa sakit dan benci

aku ingin kau tahu semua isi hatiku

lewat apa yang kutulis

tapi aku tak tahu harus memulai dari mana

pikiranku buntu dan hatiku kosong

aku tak tahu kenapa

KANDAS

Oleh : Rina Mahfuzah

Daun-daun tidak lagi menggelayut manja

pada ranting pohon

rerumputan tidak lagi basah oleh air hujan

hutan tempat kita bercengkerama

pun tak lagi menyimpan segala keteduhan

ke mana hilangnya semburat kebahagiaan

pada wajah bulan?

dan kenapa kita mesti sibuk

menghitung kelalaian kita sendiri?

mungkin sudah tidak ada kemanisan

lagi yang tersisa buat kita

sayangnya kita terlalu lama menyadari

JANJI MATAHARI

Oleh : Rina Mahfuzah

Kalau sehari saja dalam tiga ratus enam puluh lima hari

matahari tidak memenuhi janji pada bumi

mana mungkin malam akan berganti pagi?

bagaimana alam akan menjawab pertanyaan warga bumi?

Kalau saja kau dapat seperti matahari

yang selalu setia memegang janji

mana mungkin cinta ini bisa berubah jadi benci?

AKU INGIN MENULIS LAGI

Oleh : Rina Mahfuzah Nst

Aku masih duduk diam di sini

di antara kertas-kertas yang bergolek gelisah

dan pena yang membisu

menanti aku cepat bertindak

mungkin mereka telah menunggu sejak lama

kepastian akan nasib mereka selanjutnya

Kertas-kertas dan pena ini

mungkin telah menyusun rencana untuk berdemonstrasi

karena hati nurani mereka sudah tidak didengar lagi

Kini aku tak lagi hanya diam di sini

ingin kupecahkan segala kebekuan ini

aku ingin berdamai dan kompromi

maka mendekatlah aku pada mereka

Kami pun berdialog

setelah melalui negosiasi yang alot

akhirnya terciptalah puisi ini

SALAM PERPISAHAN SEORANG SEKRETARIS PADA DIREKTURNYA

Oleh : Rina Mahfuzah Nst

Pak, jangan marah padaku

bila hari ini jadi hari terakhir untukku

menempati meja pertama sebelah kiri

di lantai dua gedung kantor ini

tempat aku merajut hari-hari penuh warna

bersamamu dan yang lainnya

Terima kasih adalah ungkapan yang belum cukup

untuk segala yang telah kudapatkan

simpanlah kenangan kita pada

catatan rapat, keyboard komputer, mesin tik elektronik,

PABX Telephone, Facsimile, File Proyek, dialog pagi,

alunan suara Ebiet G. Ade, argumentasi dan negosiasi

Namun ada satu hal yang tidak akan pernah

kulupa tentangmu, Pak

beratus rambut putih yang memenuhi kepalamu

yang sering kucuri pandang bila kau sedang marah

ORANG KETIGA

Oleh : Rina Mahfuzah Nst

Ada yang tak jelas di antara kita

lalu kita membahasnya berdua

bukan jalan keluar yang tercipta setelahnya

malah pertengkaran yang melanda kita

kau tuding akulah penyebabnya

aku pun bilang kaulah yang bersalah

bibit kebencian makin meraja di hati kita

kita mati-matian mencari kebenaran di mana-mana

sementara orang ketiga dan selebihnya

bertepuk tangan di belakang kita

KERTAS KOSONG

Oleh : Rina Mahfuzah Nst

Bila aku diam, bukan berarti marah

atau sedang malas bicara

bila aku pergi, bukan karena ingin menjauh

aku ingin menuliskan sesuatu tentangmu

di selembar kertas kosong ini

tapi hatiku masih saja diliputi rasa sakit dan benci

aku ingin kau tahu semua isi hatiku

lewat apa yang kutulis

tapi aku tak tahu harus memulai dari mana

pikiranku buntu dan hatiku kosong

aku tak tahu kenapa

Tidak ada komentar: